Isnin, 3 Oktober 2016

Belajar dari Pemerhatian Umar pada Rakyatnya


PERHATIAN Umar terhadap rakyatnya benar-benar membuat kita kagum dan namanya pun kian mengharum, mulia bagi mereka pembaca kisah kepemimpinannya. Doa-doa rahmat dan redha untuknya begitu deras mengalir. Siang-malam ia pantau keadaan rakyatnya. Ia benar-benar sedar kepimpinan itu adalah melayani. Kepimpinan bukan untuk menaikkan status sosial, terkumpul harta, yang akan menghasilkan kehinaan di akhirat semata.

Orang hari ini kenal belusukan sebagai ciri pimpinan peduli, Umar telah melakukannya sejak dulu dengan ketulusan hati. Ia duduk bersama rakyatnya, mengintipi keadaan mereka, dan menyoal hajat keperluan. Kepada yang kecil atau yang besar. Kepada yang kaya atau yang miskin. Ia tidak pernah memberikan batas kepada mereka semua.

Abdullah bin Abbas radhiallahu 'anhuma mengatakan, "Setiap kali solat, Umar senantiasa duduk bersama rakyatnya. Siapa yang mengadukan suatu keperluan, maka ia akan meneliti keadaannya. Ia biasa duduk sehabis solat subuh hingga matahari mula naik, melihat keperluan rakyatnya. Setelah itu baru ia kembali ke rumah. "

Sebahagian rakyat ada yang merasa enggan mengadukan permasalahannya. Mereka segan kerana betapa wibawanya Umar. Kemudian beberapa orang sahabat; Ali bin Abi Talib, Uthman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, az-Zubair bin al-Awwam, Abdurrahman bin Auf, dan Saad bin Abi Waqqash ingin memberi tahu Umar tentang hal ini. Dan majulah Abdurrahman bin Auf yang paling berani untuk membuka pembicaraan dengan Umar.

Satu rombongan sahabat ini berkata, "Bagaimana jika engkau (Abdurrahman) bercakap kepada Amirul Mukminin. Kerana ada orang yang ingin dipenuhi keperluannya, namun segan untuk berbicara dengannya kerana wibawanya. Sehingga ia pun pulang menahan keperluannya.

Abdurrahman pun menemui Umar dan bercakap kepadanya. "Amirul Mukminin, bersikaplah lemah lebut kepada orang-orang. Kerana ada orang yang hendak datang menemuimu, namun suara mereka untuk memberi tahu keperluan, tersekat oleh wibawamu. Mereka pun pulang dan tidak berani bicara ", kata Abdul Rahman.

Umar radhiallahu 'anhu menanggapi, "Wahai Abdurrahaman, aku bertanya kepadamu atas nama Allah, apakah Ali, Utsman, Thalhah, az-Zubair, dan Saad yang meminta anda untuk menyampaikan hal ini?" "Allahumma na'am", jawab Abdurrahman.

"Wahai Abdurrahman, demi Allah, aku telah bersikap lemah lembut terhadap mereka sampai aku takut kepada Allah kalau berlebihan dalam hal ini. Aku juga bersikap tegas kepada mereka, sampai aku takut kepada Allah berlebihan dalam ketegasan. Lalu, bagaimana jalan keluarnya? "Tanya Umar. Abdurrahman pun menangis. Lalu mengusapkan rida'nya memadam titik air mata. Ia berucap, "Lancang sekali mereka. Lancang sekali mereka. "

Adapun bagi masyarakat yang tinggal jauh dari Bandar Madinah; seperti penduduk Iraq, Syam, dll. Umar sering bertanya tentang keadaan mereka, kemudian memenuhi keperluan mereka. Umar menghantar utusannya untuk meneliti keadaan orang-orang di luar Madinah.

Dikutip dari kisahmuslim.com, kadang-kadang, Umar juga mengadakan kunjungan langsung. Melihat sendiri keadaan rakyat di bawah kepengurusan gabenornya. Umar memenuhi keperluan mereka dengan sungguh-sungguh. Sampai-sampai ia berkeinginan janda-janda yang tidak mempunyai orang yang menanggung merasa cukup dengan bantuannya sehingga tidak butuh kepada laki-laki lain.

sumber islampos.com

Artikel Terkait

Belajar dari Pemerhatian Umar pada Rakyatnya
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email

Donate and coment. Happy blogging 😊